PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
DI INDONESIA
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Budaya Dasar
Disusun oleh:
Mutiara
Shanti Dwima S (14115869)
Fakultas
Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas
Gunadarma
Depok
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Kedatangan Islam membawa dampak besar dalam segala bidang
terutama di Jazirah Arab. Selama masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, pada umumnya
mereka sibuk dengan dakwah dan jihad. Islam ating dengan alqur’an dan Hadist,
keduanya menyeludup kedalam hati para umat Islam dan bersemi abadi dalam zihin
mereka, sehingga hal itu dapat dengan cepat merubah adat istiadat mereka,
akhlak mereka, bahkan merubah seluruh bidang kehidupan mereka. Berbekaslah
perubahan itu pada ilmu pengetahuan, tata cara hidup, tata cara berfikir atau
dengan kata lain berbekas pada kehidupan mereka.
Revolusi Islam yang berlandaskan Al-qur’an dan Sunnah telah membangun suatu kebudayaan baru diatas kebudayaan Jahiliyyah yaitu kebudayaan Islam. Lalu, bagaimana kebudayaan Islam itu dapat menyebar hingga ke Indonesia? Apa saja peninggalan kebudayaan di Indonesia itu? Hal ini akan dibahas lebih lanjut oleh penulis pada bab selanjutnya.
Revolusi Islam yang berlandaskan Al-qur’an dan Sunnah telah membangun suatu kebudayaan baru diatas kebudayaan Jahiliyyah yaitu kebudayaan Islam. Lalu, bagaimana kebudayaan Islam itu dapat menyebar hingga ke Indonesia? Apa saja peninggalan kebudayaan di Indonesia itu? Hal ini akan dibahas lebih lanjut oleh penulis pada bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak dahulu, bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang suka bergaul,
para pedagang Indonesia kerap kali bersikap ramah dengan bangsa lain. Oleh
karena itu, banyak bangsa lain yang datang ke wilayah nusantara untuk menjalin
hubungan perdagangan. Ramainya perdagangan di Nusantara disebabkan karena
melimpahnya hasil bumi di Indonesia serta letak Negara Indonesia yang
berlokasikan di jalur pelayaran dan pedagangan dunia. Perdagangan di Nusantara
ini melibatkan para pedagang dari berbagai negara.
Pada
sekitar abad ke-7, selat Malaka telah dilalui oleh pedagang Islam dari berbagai
negara, yaitu India, Persia, dan Arab yang dalam pelayarannya menuju
negara-negara dia Asia tenggara dan China. Hal ini menyebabkan agama dan
kebudayaan Islam masuk ke Indonesia. Pada abad ke-9, orang-orang Islam mulai
mendirikan perkampungan Islam di Malaka, Palembang serta Aceh.
Terdapat
beberapa perbedaan pendapat mengenai waktu masuknya Islam di Indonesia,
sebagian menyatakan bahwa Islam masuk sejak abad-7 hingga abad-8 Masehi. Pendapat
itu datang berdasarkan berita dari Cina pada zaman Dinasti T’ang yang
mengungkapkan adanya orang Ta shih (Arab dan Persia) yang menghentikan
penyerangannya terhadap Ho Ling dibawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian
lagi menyatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13. Hal ini didasari oleh
runtuhnya Dinasti Abbasiyah di Bagdad(1258). Hal ini juga didasari oleh berita
Marcopolo, Ibnu Bathuthah, Nisan Kubur, Sultan Malik al Saleh di Samudera
Pasai. Pendapat ini diperkuat dengan masa penyebaran ajaran Tasawuf.
Terdapat perbedaan pendapat pula
mengenai negri asal pembawa agama serta kebudayaan Islam, beberapa mengatakan
bahwa agama Islam datang dari Arab, Persia, serta India. Namun para ahli
menitikberatkan bahwa golongan pembawa Islam ke Indonesia ialah bersal dari
Gujarat, India. Hal ini diperkuat akan adanya bukti sejarah berupa batu nisan
makam, tata kehidupan masyarakat dan budaya Islam di Indonesia yang banyak
memiliki persamaan dengan umat Islam di Gujarat.
Ketika Islam masuk melalui jalur
perdagangan, pusat perdagangan dan pelayaran disepanjang pantai dikuasai oleh
raja-raja daerah pada bangsawan dan penguasa lainnya, misalnya raja atau
adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu
lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka yang
memulai melakukan hubungan dagang dengan para pedagang Muslim. Terlebih lagi
dengan adanya permasalahan politik di kerajaan Majapahit serta para adipati di
pesisir ingin melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu,
hubungan dan kerjasama dengan pedagang-pedagang muslim makin erat. Sehingga
banyak diantara mereka yang mulai masuk Islam karena adanya dukungan dan bantuan
dari pedagang Muslim agar mereka mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah raja-raja daerah, adipati
pesisir, para bangsawan dan penguasa pelabuhan masuk Islam, rakyat di daerah
itupun mulai masuk Islam, contohnya di daerah Demak, Ternate, Gowa, serta
Banjar.
Proses masuk dan berkembangnya Islam
di Indonesia dilakukan secara damai dan berlangsung secara bertahap sehingga
tidak menimbulkan ketegangan social. Terdapat berbagai macam cara penyebaran
agama dan kebudayaan Islam di Indonesia, yaitu:
1. Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah pedagangan. Sibuknya perdagangan
pada abad ke-7 hingga ke-16 M membuat perdagang-perdagang muslim (Arab, Persia
dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian
barat, tenggara dan timur benua asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan
ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan ikut turut serta dalam
kegiatan perdagangan bahkan mereka yang menjadi pemilik kapal dan saham.
2. Perkawinan
Dari sisi ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social yang
lebih baik dibandingkan warga pribumi yang lain, sehingga para penduduk
tersebut terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri
sodagar-sodagar itu. Sebelum menikah, mereka di Islamkan terlebih dahulu. Dan
setelah mereka memiliki keturunan, maka lingkungan mereka makin luas. Kemudian
timbul kampung-kampung dan kerajaan-kerajaan muslim.
Misalnya perkawinan Maulana Iskhak dengan putri
Raja
Blambangan yang melahirkan Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan
Ngampel) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan putri
Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban
(R.A. Teja) dengan Syekh Ngabdurahman (muslim Arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Jaleluddin). Dalam perkembangan
berikutnya, adapula wanita muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan, tentu
saja setelah keturunan bangsawan ini di Islamkan terlebih dahulu.
3. Tasawuf
Para pengajar Tasawuf atau disebut juga para Sufi’, mengajarkan teosofi
yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Diantara ahli-ahli Tasawuf yang memberikan ajaran mengandung persamaan dengan
alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuruh di Aceh, Syaik
Lemah Abang dan Sunan Panggung di Jawa, ajaran mistik seperti ini berkembang di
abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan dengan cara melalui pendidikan yaitu dengan
adanya pesantren juga dengan adanya pondok-pondok yang diselenggarakan oleh
para ulama, kiai serta guru agama. Di pesantren tersebut mereka dididik dan
diberi ilmu pengetahuan mengenai Islam secara mendalam, seperti membaca dan
menghafal al-Quran, dan sebagainya.
Setelah lulus dari pesantren tersebut, mereka pulang ke kampung
masing-masing kemudian berdakwah di daerah asal mereka tersebut atau
ditempat-tempat lain untuk mengajakan Islam. Hal ini menyebabkan penyebaran
Islam yang kian meluas.
5. Dakwah
Peran Wali Songo sangatlah berpengaruh dalam dakwah Islam di Indonesia.
Wali merupakan sebutan bagi orang-orang yang sudah mencapai tingkat tinggi
pengetahuan dan penghayatan agamanya sangat dalam dan sanggup berjuang untuk
kepentingan agama tersebut. Oleh karena itu, para wali menjadi sangat dekat
dengan Allah sehingga mendapat gelar waliullah. Para Wali Songo yang berjuang
dalam penyebaran agama Islam diberbagai daerah dipulau jawa adalah sebagai
berikut :
1. Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel
3. Sunan Drajad
4. Sunan Bonang
5. Sunan Giri
6. Sunan Kalijaga
7. Sunan Kudus
8. Sunan Muria
9. Sunan Gunung Jati
6. Seni Budaya
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah
pertunjukkan wayang. Dahulu, Sunan Kalijaga disebut sebagai tokoh yang paling
mahir mementaskan wayang. Beliaupun tidak pernah meminta upah atas pertunjukkan
yang ditampilkannya.
Terdapat seni bangunan masjid, mimbar, dan ukiran-ukirannya yang masih
menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia-Hindu, seperti yang
terdapat pada candi-candi Hindu atau Budha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid
Agung Demak, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung. Juga dengan nisan-nisan makam kuno di Demak,
Kudus, Cirebon, Tuban dan Madura menunjukkan budaya sebelum Islam. Semua hal
itu menunjukkan bahwa budaya Islam tidaklah meninggalkan seni budaya yang ada
sebelumnya, melainkan ikut memeliharanya. Seni budaya yang terpelihara dalam
rangka proses Islamisasi itu banyak sekali, antara lain perayaan Grebek Maulud
(Sekaten) di Yogyakarta, Surakarta dan Cirebon.
Banyak sekali peninggalan-peninggalan kebudayaan Islam yang terdapat di
Indonesia, antara lain :
1. Kaligrafi
Kaligrafi merupakan perkembangan seni menulis indah dalam huruf Arab.
Bisa juga disebut Khat. Seni kaligrafi yng bernafaskan Islam merupakan
rangkaian dari ayat-ayat suci Al-qur’an. Tulisan tersebut dirangkai seindah dan
sedemikian rupa sehingga membentuk gambar seperti binatang, daun-daunan, bunga,
sulur, tokoh wayang dan sebagainya. contonya adalah kaligrafi yang terdapat
pada batu nisan, kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon dan kaligrafi berbentuk
hiasan.
2. Kraton
Kraton atau istana atau puri berfungsi sebagai pusat pemerintahan serta sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya. pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak kraton sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Contoh kraton antara lain kraton Cirebon (didirikan oleh Syarif Hidayatullah tahun 1636), Istana Raja Gowa, Istana kraton Surakarta, kraton Yogyakarta dan Istana Mangkunegara.
3. Batu Nisan
Batu Nisan terbuat dari batu yang bentuknya bermacam-macam. Pada
bangunan batu nisan biasanya dihiasi ukiran-ukiran seta kaligrafi. Kebudayaan
ini diduga berasal dari Perancis dan Gujarat. Beberapa batu nisan peninggalan
sejarah di Indonesia antara lain:
a. Batu nisan Malik As-Shaleh
Sultan Malik
as-Shaleh merupakan raja pertama di kerajaan Samudera Pasai. Letak makamnya
berada di Lhokseumawe.
b. Batu nisan Ratu Nahrasiyah
Batu nisan ini
dibangun diatas makam ratu Samudera Pasai yang meninggal pada tahun 1428. Batu
nisan ini memuat kutipan Surat Yasin dan Ayat Kursi.
c. Batu nisan Fatimah binti Maimun
Batu nisan ini
berada di Leren, Gresik, Jawa Timur.
d. Batu nisan Sultan Hasanuddin
Batu nisan ini
berada satu komplek bersama makam raja-raja Gowa dan Tallo.
4. Bentuk Masjid
Dilihat dari segi arsitekturnya, terdapat bentuk gaya arsitektur yang
menampilkan ciri khas dari Indoneia, yakni :
a. Atapnya bertingkat/tumpang da nada puncaknya (mustaka)
b. Pondasinya kuat dan agak tinggi
c. Ada serambi di depan atau di samping
d. Ada kolam/parit di bagian depan atau samping
Contohnya :
1. Mesjid Angke
Masjid ini
terletak di Jakarta Barat. Dibangun pada abad ke-18. Mesjid ini beratap tumpang
2. Merupakan mesjid tua yang masih terlihat kekunoannya. Masjid ini memiliki
hiasan yang merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab dan Eropa.
Dibangun pada tahun 1761.
2. Mesjid Demak
Mesjid Demak
terletak di Kadilangu, Demak. Didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah dan
dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Mesjid ini beratap tumpang yang mirip
dengan bentuk pura Hindu. Salah satu tiangnya terbuat dari bahan
pecahan-pecahan kayu yang disebut tatal (soko tatal).
3. Mesjid Kudus
Sunan Kudus mendirikan masjid
di kota Kudus pada tahun 1549 dengan menggunakan batu pertama dari Baitul
Maqdis, dari Palestina. Bentuk menara yang mirip dengan bentuk candi
menunjukkan percampuran pengaruh agama Hindu dan Budha, seperti cara Sunan
Kudus menyampaikan ajaran agama Islam agar lebih mudah dimengerti oleh penganut
agama Hindu dan Budha pada masa itu. Menara masjid ini dibangun tanpa
menggunakan semen sebagai perekatnya dan dihiasi oleh 32 piring biru yang
berhiaskan lukisan.
4. Mesjid Banten
Mesjid ini
didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyak lima
tingkat. Menara pada masjid ini didirikan oleh arsitektur Belanda bernama
Cardel. Itulah sebabnya masjid ini menyerupai Mercusuar yang bergaya Eropa.
5. Mesjid Cirebon
Masjid yang juga dikenal
dengan nama Masjid Agung Kasepuhan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini
diprakarsai pembangunannya oleh Sunan Gunung Jati dan diarsiteki oleh Sunan
Kalijaga. Masjid ini selesai dibangun pada tahun 1480, di masa penyebaran agama
Islam oleh Wali Songo. Berlokasi di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa
Barat, masjid ini mempunyai keunikan berupa sembilan pintu untuk masuk ke
ruangan utama, yang melambangkan Wali Songo. Di bulan Ramadhan, sumur air Banyu
Cis Sang Cipta Rasa selalu ramai dikunjungi oleh peziarah yang meyakini air
dari sumur itu mampu mengobati berbagai penyakit. Masjid Agung Cirebon juga
dikenal dengan nama Masjid Sunan Gunung Jati.
5. Seni Pahat
Seni pahat berasal dari Jepara. Pada dinding depan masjid Mantingan,
terdapat seni pahat yang merupakan pahatan tanaman yang bahasa seninya disebut
Arabesk, tetapi jika diteliti lebih, maka akan muncul pahatan kera. Terlebih
lagi di Cirebon terdapat pahatan harimau. Bisa disimpulkan bahwa kedua daerah
tersebut merupakan akulturasi antara budaya hindu dan Islam.
6. Seni Pertunjukkan
Di antara seni pertunjukan yang merupakan seni Islam adalah
seni suara dan seni tari. Seni suara merupakan seni pertunjukan yang berisi
salawat Nabi dengan iringan rebana. Dalam pergelarannya para peserta terdiri
atas kaum pria duduk di lantai dengan membawakan lagu-lagu berisi pujian untuk
Nabi Muhammad Saw. yang dibawakan secara lunak, namun iringan rebananya terasa
dominan. Peserta mengenakan pakaian model Indonesia yang sejalan dengan ajaran
Islam, seperti peci, baju tutup, dan sarung.
7. Tradisi dan Upacara
Tradisi atau upacara yang merupakan peninggalan Islam di
antaranya ialah Gerebeg Maulud. Perayaan Gerebeg, dilihat dari tujuan dan
waktunya merupakan budaya Islam. Akan tetapi, adanya gunungan ( tumpeng besar)
dan iring-iringan gamelan menunjukkan budaya sebelumnya (Hindu Buddha). Kenduri
Sultan tersebut dikeramatkan oleh penduduk yang yakin bahwa berkahnya sangat
besar, yang menunjukkan bahwa animisme-dinamisme masih ada. Hal ini dikuatkan
lagi dengan adanya upacara pembersihan barang-barang pusaka keraton seperti
senjata (tombak dan keris) dan kereta. Upacara semacam ini masih kita dapatkan
di bekas-bekas kerajaan Islam, seperti di Keraton Cirebon dan Keraton
Surakarta.
Di keraton Surakarta upacara pembersihan barang-barang
pusaka di kenal dengan “jamasan pusaka” yang dilakukan pada malam 1
Muharam/Suro sehingga dikenal Tradisi Sura. Acara jamasan pusaka kemudian
dilanjutkan dengan upacara kirab, salah satunya adalah upacara kirab pusaka,
seperti Pusaka Kanjeng Kyai Slamet, merupakan sebuah simbolisasi dari keinginan
untuk mendapatkan keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup baik lahir
maupun batin. Sebagai cucuk lampah dalam acara kirab tersebut adalah kerbau
bule keturunan Kanjeng Kyai Slamet, salah satu klangenan peninggalan Sri
Susuhunan Paku Buwono X dan 10 pusaka yang diperintahkan untuk dikirabkan pada
pergantian tahun baru (malam 1 Sura). Konon menurut kepercayaan masyarakat
Jawa, kerbau adalah salah satu hewan yang dianggap memiliki tuah tersendiri
sebagai tolak bala untuk mengusir segala bencana.
8. Karya Sastra
Pengaruh Islam dalam sastra Melayu tidak langsung dari Arab,
tetapi melalui Persia dan India yang dibawa oleh orang-orang Gujarat. Dengan
demikian, sastra Islam yang masuk ke Indonesia sudah mendapat pangaruh dari
Persia dan India. Karya sastra masa Islam banyak sekali macamnya, antara lain
sebagai berikut:
a. Babad, ialah
cerita berlatar belakang sejarah yang lebih banyak di bumbui dengan dongeng.
Contohnya: Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Giyanti, dan sebagainya.
b. Hikayat, ialah karya
sastra yang berupa cerita atau dongeng yang dibuat sebagai sarana pelipur lara
atau pembangkit semangat juang. Contoh, Hikayat Sri Rama, Hikayat Hang Tuah,
Hikayat Amir Hamzah dan sebagainya.
c. Syair, ialah
puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir dengan
bunyi yang sama. Contoh: Syair Abdul Muluk, Syair Ken Tambuhan, dan Gurindam
Dua Belas.
d. Suluk, ialah
kitab-kitab yang berisi ajaran Tasawuf, sifatnya pantheistis, yaitu manusia
menyatu dengan Tuhan. Tasawuf juga sering dihubungkan dengan pengertian suluk
yang artinya perjalanan. Alasannya, karena para sufi sering mengembara dari
satu tempat ke tempat lain. Di Indonesia, suluk oleh para ahli tasawuf dipakai
dalam arti karangan prosa maupun puisi. Istilah suluk kadang-kadang dihubungkan
dengan tindakan zikir dan tirakat. Suluk yang terkenal, di antaranya: Suluk
Sukarsah, Suluk Wijil, Suluk Malang Semirang.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kebudayaan Islam ialah cara berpikir Islam yang menyatakan
diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk
kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu. Kebudayaan Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai
cara, diantaranya: Perdagangan, Perkawinan, Tasawuf, Pendidikan, Dakwah serta
Seni budaya. Sedangkan peninggalan kebudayaan Islam di Indonesia ialah seperti
kaligrafi, kraton, batu nisan, bentuk masjid, seni pahat, seni pertunjukkan,
tradisi, atau upacara dan karya sastra.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1998.
Pijper,G.F., Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, Jakarta:
Universitas Indonesia,1985.
Ambarazmi, Kebudayaan Islam di Indonesia, http://ambarazmi.wordpress.com/2012/11/11/kebudayaan-islam-di-indonesia/
diakses 14
April 2016.
Hasjmy, A, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1973.
https://www.facebook.com/notes/belajar-mencintai-allah-sebelum-aku-belajar-mencintai-kekasih-ku/peninggalan-peninggalan-sejarah-bercorak-islam/195312563854864
diakses
Rabu, 14 April 2016
Ronggolawe, Mustain, Budaya Islam di Indonesia, http://mustainronggolawe.wordpress.com/2012/05/03/budaya-islam-di-indonesia/ diakses Rabu,
14 April 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar