Senin, 09 Mei 2016

Sejarah Walisongo di Masjid Agung Demak


Ada yang istimewa di kota Demak - Jawa Tengah. Di pusat kota ini, tepatnya di sebelah barat alun-alun  terdapat sebuah bangunan masjid  yang bersejarah. Masjid itu memiliki bentuk yang unik dan khas. Arstitektur bangunan dan ornamennya bergaya klasik yang menunjukkan identitas sebagai bangunan kuno.
Di masjid itulah yang merupakan salah satu jejak sejarah penyebaran ajaran Islam di nusantara. Pada masa lampau, masjid ini diyakini sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi para Walisongo.
Masjid Agung Demak  berlokasi di Kauman - Desa Gelagah Wangi, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Raden Fatah bersama Wali Songo mendirikan masjid ini tahun 1466 hingga 1477 M. 
Dalam perkembangannya,  Masjid Agung Demak telah mengalami beberapa renovasi dengan tetap mempertahankan ciri khasnya yaitu atap bersusun tiga serta jumlah pintu sebanyak 5 buah.

Terakhir dilakukan pada tahun 1987 dengan bantuan dana dari APBN dan dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI)  karena mengakui keberadaan Masjid Agung Demak sebagai monumen bagi masyarakat muslim yang memiliki arsitektur unik sesuai dengan dinamika zamannya.

Cukup menarik menyimak bangunan masjid ini. Bentuk bangunan atap masjid berbentuk limas ditopang 8 tiang yang disebut Saka Majapahit.Bangunan masjid terbuat dari kayu jati berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh 4 buah tiang kayu besar (soko tatal atau soko guru) yang dibuat oleh empat wali dari Wali Songo.

Keseluruhan bangunan ditopang 128 soko, empat di antaranya soko guru yang menjadi penyangga utama bangunan masjid. Jumlah tiang penyangga masjid 50 buah yang terdiri dari  28 penyangga serambi dan 34 tiang penyangga tatak rambat, sedang tiang keliling sebanyak 16 buah.

Yang menarik, ada legenda yang berkisah bahwa  tiang utama dan atap sirap masjid tersebut adalah hasil karya para wali, yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga.

Salah satu soko guru, hasil karya Sunan Kalijaga tidak terbuat dari kayu utuh sebagaimana layaknya tiang utama, melainkan dari potongan kayu(tatal) yang disusun dan diikat. Bagi masyarakat Demak dan sekitarnya terdapat cerita bahwa salah satu atap sirap Masjid Agung Demak terbuat dari intip (kerak nasi liwet) hasil buatan Sunan Kalijaga.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak juga terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya.

Di sana juga terdapat museum yang berisi peninggalan berkaitan riwayat berdirinya Masjid Agung Demak. Ada juga menara masjid yang unik dan berbentuk khas dan tempat berwudhu kuno yang bentuknya menyerupai kolam.

Selain itu juga ada hiasan berupa piring keramik kuno, ornamen berbentuk Surya Majapahit, ukir-ukiran dan sebagainya yang sangat indah, artistik dan bernilai sejarah yang sangat tinggi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar