Ada yang istimewa di
kota Demak - Jawa Tengah. Di pusat kota ini, tepatnya di sebelah barat
alun-alun terdapat sebuah bangunan masjid yang bersejarah. Masjid
itu memiliki bentuk yang unik dan khas. Arstitektur bangunan dan ornamennya
bergaya klasik yang menunjukkan identitas sebagai bangunan kuno.
Di masjid itulah yang
merupakan salah satu jejak sejarah penyebaran ajaran Islam di nusantara. Pada
masa lampau, masjid ini diyakini sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi para
Walisongo.
Masjid Agung Demak
berlokasi di Kauman - Desa Gelagah Wangi, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak.
Raden Fatah bersama Wali Songo mendirikan masjid ini tahun 1466 hingga 1477 M.
Dalam perkembangannya,
Masjid Agung Demak telah mengalami beberapa renovasi dengan tetap
mempertahankan ciri khasnya yaitu atap bersusun tiga serta jumlah pintu
sebanyak 5 buah.
Terakhir dilakukan
pada tahun 1987 dengan bantuan dana dari APBN dan dari negara-negara anggota
Organisasi Konferensi Islam (OKI) karena mengakui keberadaan Masjid Agung
Demak sebagai monumen bagi masyarakat muslim yang memiliki arsitektur unik
sesuai dengan dinamika zamannya.
Cukup menarik menyimak
bangunan masjid ini. Bentuk bangunan atap masjid berbentuk limas ditopang
8 tiang yang disebut Saka Majapahit.Bangunan masjid terbuat dari kayu jati
berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap
tengahnya ditopang oleh 4 buah tiang kayu besar (soko tatal atau soko guru)
yang dibuat oleh empat wali dari Wali Songo.
Keseluruhan bangunan
ditopang 128 soko, empat di antaranya soko guru yang menjadi penyangga utama
bangunan masjid. Jumlah tiang penyangga masjid 50 buah yang terdiri dari
28 penyangga serambi dan 34 tiang penyangga tatak rambat, sedang tiang
keliling sebanyak 16 buah.
Yang menarik, ada
legenda yang berkisah bahwa tiang utama dan atap sirap masjid tersebut
adalah hasil karya para wali, yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan
Bonang dan Sunan Kalijaga.
Salah satu soko guru,
hasil karya Sunan Kalijaga tidak terbuat dari kayu utuh sebagaimana layaknya
tiang utama, melainkan dari potongan kayu(tatal) yang disusun dan
diikat. Bagi masyarakat Demak dan sekitarnya terdapat cerita bahwa salah satu
atap sirap Masjid Agung Demak terbuat dari intip (kerak nasi
liwet) hasil buatan Sunan Kalijaga.
Di dalam lokasi
kompleks Masjid Agung Demak juga terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan
Demak dan para abdinya.
Di sana juga terdapat
museum yang berisi peninggalan berkaitan riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.
Ada juga menara masjid yang unik dan berbentuk khas dan tempat berwudhu kuno
yang bentuknya menyerupai kolam.
Selain itu juga ada
hiasan berupa piring keramik kuno, ornamen berbentuk Surya Majapahit,
ukir-ukiran dan sebagainya yang sangat indah, artistik dan bernilai sejarah
yang sangat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar